Mengisi Ramadhan di Tengah Wabah
(oleh
Tuan Guru Ahmad Farid Wajdi, disampaikan pada khotbah Jumat
di Masjid Nurul Islam Sungai Duren, 24 April 2020)
Sidang
jemaah jumat yang dirahmati Allah.
Suasana
Ramadhan tahun ini terasa berbeda dengan suasana Ramadhan yang biasa kita lalui
sebelumnya. Jika pada Ramadhan-Ramadhan sebelumnya kita bisa dengan bebas
banyak kegiatan di luar rumah, dan melakukannya secara berjamaah, seperti
shalat tarawih dan witir berjamaah di masjid, berbuka bersama dengan keluarga
besar, atau dengan rekan-rekan kerja, teman-teman sekolah, dan lain sebagainya,
yang suasananya dirasa begitu meriah.
Namun di
saat Ramadhan kali ini suasananya berubah, keramaian, kerumunan telah dibatasi,
kita tidak bisa lagi merasakan suasana yang biasa kita rasakan.
Namun
bukan berarti Ramadhan kali ini berbeda. Ramadan tetap sama, ramadhan tetaplah
ramadhan. Sebab suasana adalah bentukan manusia saja. Seperti apa kebiasaan
kita, itulah suasana yang kita rasakan, dan kali ini kita dituntut untuk
membuat suasana baru. Karena memang untuk meningkatkan kualitas keimanan dan
ketaqwaan seorang hamba, memang akan selalu ada ujian di sana.
Nabi Muhammad SAW bersabda:[1]
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
"Barangsiapa di kehendaki
Allah kebaikan, maka Dia akan mengujinya."
Begitu juga Allah Ta’ala berfirman:
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم
بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ
وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٥ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم
مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦ أُوْلَٰٓئِكَ
عَلَيۡهِمۡ صَلَوَٰتٞ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٞۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ
ٱلۡمُهۡتَدُونَ ١٥٧
Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "sesungguhnya kami berasal dari Allah, dan kepada-Nya kami
kembali". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat
dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Sidang Jemaah
Jumat yang dirahmati Allah.
Saat ini
kita sedang memang menghadapi cobaan yang berat, yaitu berupa rasa takut terhadap
wabah penyakit berbahaya yang penularannya sangat cepat. Penularannya tidak
memandang siapa pun, baik orang alim, para pejabat, maupun rakyat biasa semua
berpeluang terpapar keganasan wabah ini. Karenanya memaksa para pemimpin untuk
membatasi para warganya untuk berkumpul. Termasuklah di dalamnya pembatasan
dalam beribadah secara berjamaah. Sehingga kita bisa merasakannya.
Shalat
fardu di masjid tidak lagi dihimbau berjamaah,
Shalat
jumat kehilangan banyak jamaah,
Terawih
di masjid tidak lagi melimpah,
Pembacaan
A-Quran tidak lagi terdengar dengan lantang dari pengeras-pengeras suara.
Buka
puasa bersama tidak lagi meriah,
Dan lain
sebagainya.
Pembatasan
ini pada dasarnya bukan larangan untuk umat islam untuk melakukan ibadah. Harap
kita jangan salah paham. Pembatasan ini adalah guna menekan dan menghentikan
penyebaran dari wabah yang berbahaya tersebut. Karena memang pembatasan ini
demi kemaslahatan dan kebaikan kita bersama. Karena memang menjaga diri dari
perkara yang membinasakan hukum adalah wajib, dan menjatuhkan diri pada perkara
yang membinasakan adalah haram. Allah Ta’ala berfirman:[2]
وَلَا تُلۡقُواْ
بِأَيۡدِيكُمۡ إِلَى ٱلتَّهۡلُكَةِ وَأَحۡسِنُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ
ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٩٥
Dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Nabi
Bersabda:[3]
لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ
"Tidak
boleh berbuat madlarat dan hal yang menimbulkan madlarat."
Pepatah
Arab Mengatakan:
الوِقَايَةُ خَيْرٌ مِنَ
الْعِلَاجِ
Mencegah
lebih baik daripada mengobati.
Sidang
Jemaah Jumat yang dirahmati Allah.
Namun
yang pasti, Ramadhan tetaplah bulan yang penuh kemuliaan. Dan alhamdulillah
kita masih mendapatkan kesempatan untuk menjumpai bulan yang penuh kemuliaan
itu.
Nabi
Muhammad SAW bersabda:[4]
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ
فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ
الشَّيَاطِينُ
"Bila
bulan Ramadhan tiba, maka dibukalah pintu-pintu surga, pintu-pintu neraka
ditutup dan setan-setan pun dibelenggu."
Karenanya,
marilah kita mengambil kesempatan yang istimewa ini, di saat pintu-pintu surga
dibuka, pintu neraka ditutup, para setan dibelenggu. Mari kita isi Ramadan ini
dengan penuh semangat penuh pengharapan, karena Nabi Muhamad bersabda:[5]
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ،
إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa
yang berpuasa karena iman dan penuh, maka diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu".
Karena
ini adalah bulan penuh pengharapan, bulan penuh ampunan. Tidaklah wabah ini
menjadi penghalang kita dalam memperbanyak ibadah, memperbanyak amal shalih
yang lainnya.
Kita
masih tetap bisa shalat tarawih, walaupun tidak seramai dulu, kita masih tetap
bisa menunaikan di rumah bersama para anggota keluarga. Ini menjadi kesempatan
terbaik untuk menanamkan kembali nilai dan semangat ibadah di dalam keluarga.
مَنْ قَامَ
رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
bersabda:
"Barangsiapa menegakkan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu".[6]
Kita
masih tetap tadarusan Al-Quran, walaupun tidak semeriah dulu, kita masih tetap
bisa bertadarusan Al-Quran di rumah bersama keluarga. Ini menjadi kesempatan
terbaik untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Quran di dalam lingkungan
keluarga. Mengajarkan Al-Quran kepada anggota keluarga, menanamkan nilai-nilai
Qurani dimulai dari rumah. Nabi Muhammad Bersabda:[7]
خَيْرُكُمْ مَنْ
تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
"Orang
yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan
mengajarkannya."
Kita
masih tetap bisa berbuka bersama, walaupun tidak dengan anggota yang besar
seperti dulu. Kita masih bisa berbuka bersama keluarga di rumah. Ini kesempatan
terbaik untuk mempererat hubungan sesama anggota keluarga, mengajarkan kepada
mereka bagaimana cara berbuka yang baik dan benar sesuai dengan kebiasaan Nabi
Muhammad SAW.
Kita
masih bisa tetap bersedekah, bahkan bisa lebih mudah daripada yang dulu. Kita
tidak perlu lagi repot-repot mengumpulkan orang banyak, kita hanya perlu
mengirimkan sejumlah rupiah untuk keperluan saudara-saudara kita yang kesulitan
sehingga itu memudahkan mereka, dan sekaligus menjauhkan kita riya
berbangga-bangga dengan sedekah.
Kita juga
masih tetap bisa mengkaji ilmu pengetahuan, memperdalam agama, bahkan tanpa
perlu beranjak dari rumah kita sendiri. Bukankah sudah banyak kajian-kajian
yang disiarkan melalui televisi dan media sosial seperti facebook, instagram,
bahkan juga di youtube.
Akhir
kata Ramadan tidaklah berubah, kita hanya perlu mengubah suasana. Ramadhan kita
kali, saatnya kita membuat suasana di rumah dengan menanamkan nilai-nilai Islami, dimulai dari
diri sendiri, dari keluarga kita sendiri, dari rumah kita sendiri.
Selamat
mengisi Ramadan dengan amal-amal kebajikan.
Semoga
Allah meningkatkan derajat kita, dan menyelamatkan kita semua dari wabah yang
berbahaya ini. Amin.
Sidang Jemaah Jumat yang dirahmati Allah,
sebagai penutup khutbah yang singkat ini, khatib kembali
membacakan hadis yang biasa dibaca oleh para ulama ketika terjadi fitnah,
secara musalsal dengan sanad bersambung sampai kepada Nabi Muhammad SAW yang
setiap perawi hadisnya mengatakan (في العزلة سلامة) pada Uzlah
atau menyendiri itu terdapat keselamatan, Nabi Muhammad bersabda:
سَلَامَةُ الرَّجُلِ فِي الْفِتْنَةِ, أَنْ يَلْزَمَ بَيْتَهُ
Keselamatan seseorang pada saat fitnah, bahwa dia berdiam
diri di rumahnya.
No comments:
Post a Comment