Saturday 25 April 2020

Mengisi Ramadhan Di Tengah Wabah


Mengisi Ramadhan di Tengah Wabah
(oleh Tuan Guru Ahmad Farid Wajdi, disampaikan pada khotbah Jumat di Masjid Nurul Islam Sungai Duren, 24 April 2020)


Sidang jemaah jumat yang dirahmati Allah.
Suasana Ramadhan tahun ini terasa berbeda dengan suasana Ramadhan yang biasa kita lalui sebelumnya. Jika pada Ramadhan-Ramadhan sebelumnya kita bisa dengan bebas banyak kegiatan di luar rumah, dan melakukannya secara berjamaah, seperti shalat tarawih dan witir berjamaah di masjid, berbuka bersama dengan keluarga besar, atau dengan rekan-rekan kerja, teman-teman sekolah, dan lain sebagainya, yang suasananya dirasa begitu meriah.
Namun di saat Ramadhan kali ini suasananya berubah, keramaian, kerumunan telah dibatasi, kita tidak bisa lagi merasakan suasana yang biasa kita rasakan.
Namun bukan berarti Ramadhan kali ini berbeda. Ramadan tetap sama, ramadhan tetaplah ramadhan. Sebab suasana adalah bentukan manusia saja. Seperti apa kebiasaan kita, itulah suasana yang kita rasakan, dan kali ini kita dituntut untuk membuat suasana baru. Karena memang untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan seorang hamba, memang akan selalu ada ujian di sana.
Nabi Muhammad SAW bersabda:[1]
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
"Barangsiapa di kehendaki Allah kebaikan, maka Dia akan mengujinya."
Begitu juga Allah Ta’ala berfirman:
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٥ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦ أُوْلَٰٓئِكَ عَلَيۡهِمۡ صَلَوَٰتٞ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٞۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ ١٥٧
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "sesungguhnya kami berasal dari Allah, dan kepada-Nya kami kembali". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Sidang Jemaah Jumat yang dirahmati Allah.
Saat ini kita sedang memang menghadapi cobaan yang berat, yaitu berupa rasa takut terhadap wabah penyakit berbahaya yang penularannya sangat cepat. Penularannya tidak memandang siapa pun, baik orang alim, para pejabat, maupun rakyat biasa semua berpeluang terpapar keganasan wabah ini. Karenanya memaksa para pemimpin untuk membatasi para warganya untuk berkumpul. Termasuklah di dalamnya pembatasan dalam beribadah secara berjamaah. Sehingga kita bisa merasakannya.
Shalat fardu di masjid tidak lagi dihimbau berjamaah,
Shalat jumat kehilangan banyak jamaah,
Terawih di masjid tidak lagi melimpah,
Pembacaan A-Quran tidak lagi terdengar dengan lantang dari pengeras-pengeras suara.
Buka puasa bersama tidak lagi meriah,
Dan lain sebagainya.
Pembatasan ini pada dasarnya bukan larangan untuk umat islam untuk melakukan ibadah. Harap kita jangan salah paham. Pembatasan ini adalah guna menekan dan menghentikan penyebaran dari wabah yang berbahaya tersebut. Karena memang pembatasan ini demi kemaslahatan dan kebaikan kita bersama. Karena memang menjaga diri dari perkara yang membinasakan hukum adalah wajib, dan menjatuhkan diri pada perkara yang membinasakan adalah haram. Allah Ta’ala berfirman:[2]
وَلَا تُلۡقُواْ بِأَيۡدِيكُمۡ إِلَى ٱلتَّهۡلُكَةِ وَأَحۡسِنُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٩٥
Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
Nabi Bersabda:[3]
لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ
"Tidak boleh berbuat madlarat dan hal yang menimbulkan madlarat."
Pepatah Arab Mengatakan:
الوِقَايَةُ خَيْرٌ مِنَ الْعِلَاجِ
Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Sidang Jemaah Jumat yang dirahmati Allah.
Namun yang pasti, Ramadhan tetaplah bulan yang penuh kemuliaan. Dan alhamdulillah kita masih mendapatkan kesempatan untuk menjumpai bulan yang penuh kemuliaan itu.
Nabi Muhammad SAW bersabda:[4]
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ
"Bila bulan Ramadhan tiba, maka dibukalah pintu-pintu surga, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan pun dibelenggu."
Karenanya, marilah kita mengambil kesempatan yang istimewa ini, di saat pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, para setan dibelenggu. Mari kita isi Ramadan ini dengan penuh semangat penuh pengharapan, karena Nabi Muhamad bersabda:[5]
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan penuh, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu".
Karena ini adalah bulan penuh pengharapan, bulan penuh ampunan. Tidaklah wabah ini menjadi penghalang kita dalam memperbanyak ibadah, memperbanyak amal shalih yang lainnya.
Kita masih tetap bisa shalat tarawih, walaupun tidak seramai dulu, kita masih tetap bisa menunaikan di rumah bersama para anggota keluarga. Ini menjadi kesempatan terbaik untuk menanamkan kembali nilai dan semangat ibadah di dalam keluarga.
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
bersabda: "Barangsiapa menegakkan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu".[6]
Kita masih tetap tadarusan Al-Quran, walaupun tidak semeriah dulu, kita masih tetap bisa bertadarusan Al-Quran di rumah bersama keluarga. Ini menjadi kesempatan terbaik untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Quran di dalam lingkungan keluarga. Mengajarkan Al-Quran kepada anggota keluarga, menanamkan nilai-nilai Qurani dimulai dari rumah. Nabi Muhammad Bersabda:[7]
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
"Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya."
Kita masih tetap bisa berbuka bersama, walaupun tidak dengan anggota yang besar seperti dulu. Kita masih bisa berbuka bersama keluarga di rumah. Ini kesempatan terbaik untuk mempererat hubungan sesama anggota keluarga, mengajarkan kepada mereka bagaimana cara berbuka yang baik dan benar sesuai dengan kebiasaan Nabi Muhammad SAW.
Kita masih bisa tetap bersedekah, bahkan bisa lebih mudah daripada yang dulu. Kita tidak perlu lagi repot-repot mengumpulkan orang banyak, kita hanya perlu mengirimkan sejumlah rupiah untuk keperluan saudara-saudara kita yang kesulitan sehingga itu memudahkan mereka, dan sekaligus menjauhkan kita riya berbangga-bangga dengan sedekah.
Kita juga masih tetap bisa mengkaji ilmu pengetahuan, memperdalam agama, bahkan tanpa perlu beranjak dari rumah kita sendiri. Bukankah sudah banyak kajian-kajian yang disiarkan melalui televisi dan media sosial seperti facebook, instagram, bahkan juga di youtube.
Akhir kata Ramadan tidaklah berubah, kita hanya perlu mengubah suasana. Ramadhan kita kali, saatnya kita membuat suasana di rumah dengan  menanamkan nilai-nilai Islami, dimulai dari diri sendiri, dari keluarga kita sendiri, dari rumah kita sendiri.
Selamat mengisi Ramadan dengan amal-amal kebajikan.
Semoga Allah meningkatkan derajat kita, dan menyelamatkan kita semua dari wabah yang berbahaya ini. Amin.
Sidang Jemaah Jumat yang dirahmati Allah,
sebagai penutup khutbah yang singkat ini, khatib kembali membacakan hadis yang biasa dibaca oleh para ulama ketika terjadi fitnah, secara musalsal dengan sanad bersambung sampai kepada Nabi Muhammad SAW yang setiap perawi hadisnya mengatakan (في العزلة سلامة) pada Uzlah atau menyendiri itu terdapat keselamatan, Nabi Muhammad bersabda:
سَلَامَةُ الرَّجُلِ فِي الْفِتْنَةِ, أَنْ يَلْزَمَ بَيْتَهُ
Keselamatan seseorang pada saat fitnah, bahwa dia berdiam diri di rumahnya.



[1] Al-Bukhari, 5645
[2] Al-Baqarah: 175.
[3] ابن ماجه: 2341.
[4] مسلم: 1 - (1079).
[5] البخاري: 38.
[6] البخاري: 37.
[7] البخاري: 5729.

No comments:

Post a Comment